Beranda Dinamika Gerakan

Mengikuti Pemilu 2009

531
BERBAGI
banner rus
Banner Rusmawati pada Pemilu 2009

Kalah Sekali, Menang Dua Kali

Bagi HAPSARI, upaya menumbuhkan dan menguatkan kepemimpinan politik perempuan adalah mandat yang tertuang dalam salah satu rumusan misi organisasi, yaitu: ”Menumbuhkan dan menguatkan kepemimpinan politik perempuan lokal, sebagai bagian dari kekuatan politik perempuan nasional”. Dari sinilah kemudian dirancang sebuah strategi menguatkan kepemimpinan politik atau kemudian disebut sebagai ”gerakan politik perempuan” melalui momentum yang tersedia.

Menjelang Pemilu 2009, HAPSARI mengambil sikap politik. Apakah mau ikut berpolitik dengan mendudukan pengurus/anggota serikat menjadi calon legislatif dengan partai politik, atau golput (tidak ikut pemilu) saja.   Setelah melalui Rapat Pengurus dan melakukan pemetaan di wilayah anggota, HAPSARI menemukan kesimpulan hasil pemetaan untuk menjawab bagaimana pandangan dan kesiapan perempuan dalam politik, yaitu ;

  1. Politiksadalah kekuasaan, mengambil keputusan dan strategi untuk keberhasilan.
  2. Perempuan harus ikut berpolitik, ikut menyelesaikan permasalahan di masyarakat.
  3. Perempuan harus ikut pemilu, tapi masih bingung ; bagaimana cara milihnya ?
  4. Kita harus ikut Pemilu dengan Caleg kita sendiri.
  5. Kita punya Caleg Perempuan yang layak diajukan.

Konsep pencalegkan yang dibangun HAPSARI adalah; Bahwa pencalegkan bukan sekedar mengisi kuota 30 % untuk perempuan, melainkan sebagai media untuk melakukan pengorganisasian kerja politik perempuan di legislatif. Representasi yang dimaksud adalah, keterwakilan Kelompok/Organisasi Perempuan (HAPSARI dan Serikat Anggotanya). Sedangkan agenda (kepentingan) yang hendak diperjuangkan adalah ; perempuan dalam politik formal (pengambilan keputusan) dan kepemimpinan formal : sebagai legislatif.

Dasar pertimbangan logis untuk mengikuti pencalegan pada Pemilu 2009 adalah:

  • Database SPPN : (Juni 2008) yang mencatat adanya 313 Orang Anggota, 2 kecamatan, 14 Desa, 17 Kelompok.
  • Hasil Pemetaan HAPSARI (April – Juni 2008) : tentang “Pandangan dan Kesiapan Politik Perempuan” dengan wilayah pemetaan di kecamatan Pantai Cermin dan Teluk Mengkudu yang merupakan wilayah basis keanggotaan SPPN Serdang Bedagai.

Kesiapan Perempuan Berpolitik

Kesiapan berpolitik ditempatkan pada kemauan, keberanian, pengetahuan yang dimiliki dan target hasil apa yang dimengerti diinginkan untuk dicapai. Dalam konteks ini, meski sebagian kecil masih bingung bagaimana dapat melakukan kerja politik, namun semua merekomendasikan agar kita (organisasi) ikut men-calegkan orang dari kita sendiri, mengutus caleg dari organisasi. Usulan disampaikan secara konkrit dengan menyebut tiga nama dan satu nama diantaranya paling banyak dicalonkan, yaitu Rusmawati, ketua SPPN.

Database anggota SPPN menunjukkan hanya ada 313 orang jumlah anggota  yang menyebar di 14 Desa, 17 Kelompok di 4 kecamatan. Seluruhnya ada di dua (2) Derah Pemilihan (Dapil) untuk pemilu 2009, yaitu Dapil I (kecamatan Perbaungan) dan Dapil II (kecamatan Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Pantai Cermin). Jumlah anggota serta kelompok yang lebih banyak berada di kecamatanTeluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Pantai Cermin. Maka diputuskan untuk mengambil daerah pemilihan pada Dapil II.

Proses Pengorganisasian

Tidak dapat dipungkiri, tidak dapat dielakkan, semua anggota masyarakat yang menjadi target pengorganisasian dukungan (calon pemberi suara) selalu mengajukan permintaan dan tuntutan ; ” bantuan barang-barang untuk gereja, mushola, mesjid, jilbab, datang ketika mau pemilu saja, tabur janji, nanti kalau sudah jadi, akan lupa dengan rakyat, dll”.  Permintaan dan pertanyaan ini harus dijawab dengan benar oleh Tim Pemenangan Caleg supaya proses pengorganisasian pemilih tidak menyalahi konsep awal.

Tugas Tim Pemenangan Caleg adalah melakukan sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya pemilu dan perempuan berpolitik dan ikut pemilu, Membentuk kepengurusan kelompok pendukung (pengurus partai) tingkat desa, dan Sosialisasi Konsep Pencalegkan, yaitu :

  • Bukan Caleg yang memberi “sesuatu” tapi Pengurus Kelompok yang akan membuat kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat, bukan untuk individu-individu.
  • Yang mengutus Caleg adalah organisasi  melalui partai,  bukan kemauan individunya sendiri.
  • Kemenangan Caleg adalah kemenangan organisasi perempuan dan kelompok-kelompok yang mendukungnya.
  • Permintaan-permintaan kelompok calon pendukung akan difasilitasi, hanya jika kelompok dan kepengurusannya sudah terbentuk secara formal (mengisi berita acara pembentukan kelompok dan dilaporkan ke kepala desa setempat).

Pembentukan Kelompok Pendukung

cara mencontreng
Sosialisasi Cara Mencontreng

Mulai bulan September 2008 sampai bulan Maret 2009 dilakukanlah pengorganisasian basis dukungan dengan membentuk kelompok-kelompok di tingkat dusun dan desa oleh Tim Pemenangan Caleg. Sampai akhir bulan Maret 2009, Tim Caleg hanya mampu membentuk 43 Kelompok di 22 desa, di kecamatan Pantai Cermin dan  Teluk Mengkudu, dengan total jumlah anggota kelompok sebanyak 1.591 orang (pengurus dan anggota).

Tim sudah tidak mampu lagi membentuk kelompok-kelompok baru untuk mencapai target sebanyak 4000 orang anggota. Karena “persaingan” dengan Tim Pemenangan Caleg lain sudah sangat ketat. Tim yang lain mempunyai banyak modal yang mampu untuk “membeli suara” calon pemilih. Sedangkan Tim SPPN sudah kehabisan dana untuk membiaya kegiatan-kegiatan kelompok. Karena dana program untuk kegiatan kelompok baru akan ada lagi tahun depan.

Analisa Hasil Perolehan Suara

analisa data
Data Perolehan Suara

Jadi, setelah melalui waktupengorganisasian selama 7 bulan mulai bulan September 2008 – Maret 2009 dengan berbagai strategi pengorganisasian, mulai dari pertemuan rutin dan pembentukan kelompok dengan penjelasan konsep, fasilitasi kegiatan kelompok (mulai dari pinjaman modal, kegiatan peternakan, Sanggar Belajar Anak, fasilitasi kegiatan pengembangan keterampilan, sumbangan perlengkapan kegiatan kelompok, dll) serta pendidikan pemilih (bagaimana menyontreng), total jumlah anggota kelompok yang memberikan suara hanya sebanyak 889 orang. Padahal, jumlah seluruh anggota kelompok yang tercatat adalah sebanyak 1.591 orang.

Ini berarti, hanya 56 % saja yang memberikan suaranya kepada Caleg SPPN. Sisanya kemana ? Ternyata, 30 % suara atau sebanyak 469 orang tidak memberikan suara atau memilih Caleg lain, 11 % atau 182 orang tidak masuk dalam DPT (Daftar pemilih Tetap), dan 3 % atau sebanyak 51 orang suaranya batal.

Capaian Target Organisasi

Perolehan suara ini menunjukkan bahwa target jangka pendek yang ditetapkan organisasi, antara lain mendapatkan 4000 suara yang memberikan suaranya kepada Caleg supaya dapat jadi DPR di kabupaten Serdang Bedagai, tidak berhasil. Namun dari pembentukan kelompok-kelompok pendukung yang berjumlah 43 kelompok di 22 desa, telah berhasil mencapai target jangka pendek yang lain, yaitu : (1) Mendapat kontak-kontak person baru, calon anggota baru SPPN, (2) Jumlah anggota baru SPPN bertambah sedikitnya 50 % dari jumlah anggota sebelumnya, (3) Belajar melakukan kerja politik formal.

Target lainnya (jangka panjang) juga telah terpenuhi, yaitu ; (1) Terjadinya perluasan wilayah dan keanggotaan SPPN dengan bertambahnya 66 % calon anggota baru dari 50 % yang ditargetkan. Dari 313 orang jumlah anggota SPPN bulan Juni 2008, menjadi 913 orang pada bulan Maret 2009. (2) Ditemukannya strategi pengorganisasian untuk penguatan gerakan politik perempuan desa di kabupaten Serdang Bedagai.

Inilah gambaran hasil penambahan junmlah Anggota SPPN sebelum dan sesudah proses pencalegkan pada Pemilu April 2009 lalu :

data perbandingan
Data Perbandingan

Memang hasil ini membuat Tim Pemenangan Caleg SPPN kecewa dan anggota organisasi kecewa dan sedih, karena  Caleg Perempuan dari SPPN tidak berhasil duduk jadi DPR. Tapi SPPN telah mendapat pengalaman berharga dalam melakukan praktek untuk kerja-kerja politik formal. Dan, yang tidak kalah penting, SPPN juga mendapat anggota baru di wilayah-wilayah kerja yang baru (desa-desa baru yang selama ini belum dimasuki). Inilah yang dimaksud dengan ”Kalah Satu Kali, Menang Dua Kali”.

Menemukan Metode Kerja Pengorganisasian

pertemuan akbar
Pertemuan Akbar Kelp.Pendukung

Visi organisasi tentang keadilan dan kesejahteraan ternyata lebih ”jelas dan lebih efektif” jika diterjemahkan dengan tawaran-tawaran program/kegiatan peningkatan ekonomi, pelayanan kesehatan atau pengembangan keterampilan (kualitas hidup) bagi kaum perempuan dan anak-anak di desa. Sebab, pada akhirnya memang program seperti inilah yang juga akan dikembangkan organisasi.

Terbukti dari upaya pengorganisasian dukungan untuk pencalegkan, telah terbentuk kelompok baru sebanyak 26 Kelompok (menjadi 43 Kelompok dari sebelumnya hanya 17 Kelompok). Ini adalah fakta baru yang penting dicatat, sebab selama ini begitu sulitnya serikat-serikat anggota HAPSARI dalam membentuk kelompok-kelompok perempuan, karensa masih kuatnya ”cap atau label” tentang  organisasi perempuan masa lalu yang pernah dilarang, yaitu Gerwani atau PKI. Melalui pembentukan kelompok pada masa pencalegkan, isu tentang Gerwani atau PKI itu sama sekali tidak terdengar.

Aspek Kerja Politik

pendidikan politik
Pemilu dan Pendidikan Politik Basis

Dari pengalaman pencalegkan ini, HAPSARI dan SPPN juga mendapatkan pengetahuan baru tentang bagaimana melakukan kerja politik praktis. Jika kerja ini ditempatkan sebagai strategi membangun gerakan politik perempuan, setidaknya ditemukan tiga prasyarat yaitu : (1) Penguasaan konsep dan strategi kerja gerakan politik perempuan, (2) Penguasaan wilayah kerja pengorganisasian politik (teritori ; misalnya daerah pemilihan, data jumlah pemilih, dll), (3) Adanya kader-kader dan pemimpin (ketokohan dan pengaruh) yang mampu menggerakkan dukungan (suara) di komunitasnya.

Penguasaan Konsep dan Strategi Kerja Politik

Dengan praktek kerja politik praktis pada pencalegan ini, Kader-kader SPPN telah mengusai bagaimana penerapan konsep dan strategi kerja politik, sebagai berikut ;

  • Mempengaruhi proses-proses perubahan; melalui jalur kerja politik formal yang tersedia,
  • Penguasaan wilayah kerja (teritori); kerja politik tidak cukup hanya di satu wilayah tanpa menyesuaikannya dengan wilayah dimana proses politik sedang berlangsung,
  • Penumbuhan pemimpin dan kader-kader gerakan perempuan tingkat basis; seberapa banyak pemimpin dan kader-kader yang diperlukan untuk tampil sebagai pelopor (penggerak) perubahan?

Jauh sebelum kerja-kerja politik dilakukan, penumbuhan kader dan pemimpin lokal yang senantiasa bekerja melakukan perubahan di wilayah komunitasnya dan setiap pada visi gerakan, harus sudah dilakukan.  Selain dari itu semua, praktek kerja politik memerlukan alat/media yang politis juga selain menunggu atau menciptakan momentum politiknya.***

Komentar Via Facebook

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here