Membangun Ketahanan Iklim dan Pangan dari Halaman Sendiri:
Krisis iklim dan krisis pangan saat ini bukan lagi ancaman jauh. Di banyak desa di Sumatera Utara, kita sudah merasakannya: musim yang tidak menentu, kekeringan panjang, banjir bandang, gagal panen, hingga harga bahan makanan yang makin mahal. Di tengah semua ini, perempuan dan keluarga kecil menjadi kelompok yang paling rentan.
Melihat tantangan itu, HAPSARI bersama komunitas akar rumput menginisiasi gerakan Rumah dan Kampung NUSA. Gerakan ini lahir dari keyakinan sederhana: ketahanan pangan dan ketahanan iklim bisa dimulai dari halaman rumah sendiri.
Apa itu Rumah NUSA?
Rumah dan Kampung NUSA adalah model menanam berbasis zonasi sederhana: halaman depan, halaman belakang, dan kebun kecil. Konsepnya mudah: gunakan lahan sekecil apa pun untuk menanam sayur, buah, tanaman obat, bahkan tanaman pelindung tanah. Kalau tidak ada tanah? Bisa pakai polybag, pot bekas, atau karung daur ulang.
Mengapa ini penting?
Dengan menanam di rumah, kita tidak hanya menghasilkan pangan sehat untuk keluarga, tapi juga:
- Mengurangi ketergantungan pada pangan impor dan makanan olahan.
- Membantu menyerap karbon dari udara dan menjaga lingkungan tetap sejuk.
- Mengurangi limbah organik dengan mengolahnya menjadi kompos.
- Membangun kemandirian keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Selain itu, setiap tanaman yang kita tanam adalah bentuk kecil dari aksi melawan perubahan iklim. Bayangkan, kalau satu rumah ada lima tanaman, satu kampung ada lima ratus, dalam setahun bisa ada hutan kecil yang membantu melindungi desa dari panas ekstrem, banjir, dan polusi udara.
Dari Rumah Nusa menjadi Kampung Nusa
Ketika satu demi satu Rumah NUSA tumbuh di sebuah desa, terciptalah perubahan yang lebih besar: terbentuknya Kampung NUSA. Kampung NUSA adalah komunitas yang warganya memiliki kesadaran kolektif untuk menanam, merawat lingkungan, dan membangun kemandirian pangan keluarga.
Dari pekarangan-pekargangan kecil, lahirlah solidaritas baru, pengetahuan lokal yang hidup, serta semangat bersama untuk melindungi bumi. Kampung NUSA menjadi simbol nyata bahwa perubahan besar bermula dari langkah kecil di rumah, dan ketika rumah-rumah itu terhubung, seluruh desa pun ikut bertumbuh.
Mengapa perempuan jadi kunci utama?
Perempuan, terutama di pedesaan, punya peran vital dalam menjaga pangan keluarga. Namun selama ini mereka seringkali diabaikan dalam program pembangunan pertanian atau ketahanan pangan. Melalui Rumah dan Kampung NUSA, perempuan tidak hanya menanam, tapi juga belajar kepemimpinan, mengelola bibit, berbagi pengetahuan, dan memperjuangkan hak atas sumber daya.
Gerakan ini juga mendorong komunitas untuk aktif mendorong kebijakan di tingkat desa dan kabupaten. Misalnya, mengusulkan agar ada regulasi desa yang mendukung pengembangan kebun pangan rumah tangga, bantuan bibit lokal, hingga pelatihan pertanian berkelanjutan.
Bagaimana cara bergabung?
Gampang! Mulai saja dari menanam satu pohon di rumah. Ajak tetangga, keluarga, teman satu komunitas. Gabung dalam pelatihan-pelatihan Rumah NUSA di desa atau kelurahan. Bersama-sama, kita bisa membangun ketahanan pangan dari akar rumput, bukan dari proyek besar yang sering melupakan kebutuhan nyata masyarakat.
Karena perubahan besar itu, selalu dimulai dari langkah kecil di rumah sendiri.
Ayo menanam, ayo membangun ketahanan dari halaman kita sendiri!***