
Dari Pengasuh Anak Hingga Pemimpin Gerakan Perempuan Akar Rumput
Ia pertama kali mengenal HAPSARI ketika diminta menjadi pengasuh anak-anak dalam sebuah pelatihan yang diselenggarakan HAPSARI di Medan. Karena latar belakangnya sebagai Pekerja Rumah Tangga yang terbiasa mengasuh anak, Riani selalu dilibatkan dalam peran serupa setiap kali HAPSARI mengadakan pelatihan.
Riani—hanya itu nama pemberian orangtuanya—lahir di Bandar Pinang pada 31 Desember 1968. Awal perjumpaannya dengan dunia organisasi terjadi secara tidak sengaja. Namun, tanpa disadari, keterlibatan sederhana itu menjadi gerbang menuju kesadaran baru. Sedikit demi sedikit, Riani mulai memahami apa itu organisasi perempuan dan kenapa perempuan akar rumput perlu bersatu dan berjuang bersama. Ia pun mulai mengenal istilah-istilah yang sebelumnya asing: ketidakadilan gender, hak-hak perempuan, hingga konsep keadilan sosial.
HAPSARI mendorongnya untuk bergabung menjadi anggota Serikat Perempuan Independen (SPI) Deli Serdang, salah satu komunitas anggota HAPSARI yang ada di Desanya. Sejak 1999 hingga 2004, Riani aktif mengikuti berbagai kegiatan SPI, memperluas wawasannya dan memperkuat keberaniannya.
Perjalanan Riani tak berhenti di sana. Ia semakin aktif mengikuti berbagai pelatihan dan diskusi yang diselenggarakan HAPSARI: mulai dari pelatihan gender, pengorganisasian, kepemimpinan, fasilitasi, hingga pendidikan politik untuk perempuan. Dari yang semula hanya menjadi pengasuh anak-anak, Riani menjelma menjadi seorang kader yang berani berdiri di depan.
Kemiskinan keluarganya di masa lalu membuat Riani tidak sempat menyelesaikan pendidikan dasar. Ia bahkan tidak lulus SD. Namun semangat belajarnya tak pernah padam. Pada 2007, atas dorongan organisasinya, ia mengikuti Kejar Paket A yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Serdang Bedagai, dan berhasil meraih ijazah setara SD. Ia pernah dipercaya warga desanya untuk maju dalam pencalonan Kepala Desa, tetapi terhalang syarat administratif karena belum sempat melanjutkan Kejar Paket B untuk ijazah setara SMP.
Dedikasi dan keberaniannya membuahkan hasil. Sejak 2010, Riani dipercaya menjadi Koordinator Program Teater dan Perempuan HAPSARI, memimpin gerakan pemberdayaan melalui seni teater yang menyentuh isu-isu perempuan. Setahun sebelumnya, pada 2009, ia menerima HAPSARI AWARD untuk Kategori Kader Terbaik, berkat kerja kerasnya mengorganisir komunitas perempuan akar rumput dan memperkuat pendidikan melalui media teater.
Riani juga pernah menjabat sebagai Ketua SPI Kabupaten Serdang Bedagai (2007–2010), memimpin penguatan struktur organisasi di tingkat desa. Karier kepemimpinannya mencapai puncak ketika Kongres Nasional HAPSARI di Yogyakarta memilihnya menjadi Ketua Pelaksana Harian HAPSARI periode 2011–2016, sebuah tonggak penting dalam sejarah gerakannya.
Kontributor Buku dan Penguatan Literasi
Selain berjuang di lapangan, Riani turut menyumbangkan suaranya dalam penulisan dua buku penting terbitan HAPSARI:
- Jejak NgoPI: Kumpulan Cerita Perempuan di Radio (2007, didukung Global Fund for Women) – sebagai narasumber cerita pengalaman perempuan.
- Narasi Perempuan: Kisah Pengalaman Berorganisasi dan Berteater Bersama Komunitas Perempuan Akar Rumput di HAPSARI (2014, didukung ProRep – USAID).
Menghidupkan Seni dan Suara Perempuan

Riani dikenal piawai memanfaatkan seni teater sebagai alat pembebasan dan pendidikan. Ia mahir menggali kisah nyata para perempuan desa untuk diangkat menjadi cerita panggung. Lebih dari 50 kali pementasan teater telah ia fasilitasi: mulai dari diskusi awal untuk menemukan tema cerita, memilih para pemeran, menyusun alur, hingga menyutradarai pementasan. Riani tidak hanya membangun panggung, tetapi juga membangun keberanian para perempuan untuk menyuarakan pengalaman mereka sendiri.
Riani adalah sosok yang membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk menjadi pemimpin perubahan. Dari seorang pengasuh anak-anak hingga menjadi tokoh penting dalam gerakan perempuan akar rumput, perjalanan hidupnya adalah inspirasi nyata bagi siapa pun yang percaya bahwa kekuatan ada dalam diri setiap orang—asal diberi ruang, kesempatan, dan keyakinan.
⇒Cerita tentang Riani, lainnya, dapat dibaca di sini: