FederasiHapsari: Dengan media Radio Komunitas yang dimiliki HAPSARI saat ini, HAPSARI berupaya “mendekatkan” masyarakat dan terutama komunitas perempuan basis dengan para wakil rakyat (dewan perwakilan), juga dengan kalangan pemerintah daerah setempat. Para pejabat publik itu diundang hadir sebagai Narasumber dalam talkshow di radio, dengan berbagai topik yang ingin disuguhkan kepada publik. Iklan-iklan layanan masyarakat disiarkan ratusan kali, untuk mendorong masyarakat dan terutama perempuan basis berani bicara menyampaikan pikiran-pikirannya. Dalam dua bulan, tak kurang dari 50 komentar pendengar radio diterima HAPSARI terhadap jingle iklan layananan masyarakat tentang “Sistim Representasi” yang disiarkan HAPSARI. Radio terbukti efektif sebagai media komunikasi massa.
Memiliki Stasiun Radio sendiri untuk bersiaran, sudah menjadi “mimpi” Lely Zailani, pendiri HAPSARI, sepanjang “bangun dan tidurnya” sejak tahun 90-an. Itu karena ia pendengar radio yang sangat setia di rumahnya kala itu. “Tidak ada listrik, tak punya televisi. Hobiku mendengarkan radio, membuat catatan di buku harian dan bersahabat pena,” Cerita kak Lely suatu hari. Ketika itu, kemanapun dia pergi selalu membawa radio dan mendengarkan acara-acara kesukaannya.
Kenapa Radio?
Karena waktu itu, hanya itulah media yang dapat diakses; komunikatif, efektif dan terbuka untuk mengekpresikan diri. Belum ada telpon genggam, belum ada internet dan tak punya televisi. Melalui radio (ketika itu), pendengar dapat menjalin persahabatan, menjadi saudara jauh, bertukar informasi, bahkan bertemu secara rutin dalam acara Jumpa Pendengar Radio enam bulan sekali atau setahun sekali.
Radio dapat “menggerakkan” pendengar dalam dinamika bersosialisasi dan membangun komunitas sosial yang heterogen, tetapi solid dalam satu semangat “persaudaraan”. Itulah yang menjadi mimpi besarnya : “mempunyai stasiun radio sendiri, untuk mengorganisir dan menggerakkan komunitas perempuan”.
Ketika mimpi memiliki stasiun radio sendiri akhirnya terwujud, menjelang menjelang tahun 2000-an, ternyata dunia radio mulai bergerak cepat menjadi media industri yang maju. Terjadilah pergeseran nilai yang cukup penting. Dimulai dengan munculnya trend dimana hampir semua stasiun radio merubah frekuensi dari AM ke FM yang memodulasi suara secara digital, dengan sinyal lebih bersih, peralatan dengan tekhnologi lebih canggih dan biaya perlengkapan yang lebih mahal.
Diikuti dengan beralihnya fungsi media massa radio yang semula sebagai pengembangan hobi amatir menjadi institusi pelayanan sosial, berubah menjadi institusi komunikasi swasta yang berkembang menjadi industri kekuatan bisnis dan ekonomi pasar.
Radio bukan lagi merupakan media komunikasi sosial yang lebih mengutamakan nilai-nilai dan idealisme dalam menentukan muatan komunikasi yang hendak dibawanya kepada masyarakat. Melainkan suatu industri yang kebetulan saja bergerak dalam produksi informasi massa, dan dengan demikian harus lebih mengutamakan faktor-faktor yang menentukan kelangsungan hidupanya seperti modal dan keuntungan, pangsa pasar, selera konsumen, persaingan, serta trend global.
Sebagai akibat dari persaingan yang kian tajam dalam industri memperebutkan pasar (dan iklan), peran, muatan dan sifat siaran makin ditujukan kepada daerah terbatas, untuk memenuhi fungsi media bagi konsumen dengan budaya dan sifat yang makin khusus. Pendengar radio telah disiapkan untuk “didik” menjadi “pasar produk khusus” dan menjadi konsumerisme.
Begitu kita mengajukan permohonan ijin siaran untuk stasiun radio baru: ijin frekuensi sudah habis. Dan, lebih dari tiga atau lima stasiun radio yang beroperasi dan menghabiskan ijin frekuensi itu, hanya dimiliki oleh satu orang pengusaha!.
Dalam kondisi seperti inilah, HAPSARI masih terus merajut mimpinya : mengorganisir komunitas perempuan desa dan menggerakkannya menjadi komunitas yang terorganisir, untuk tidak hanyut dalam dunia industri media yang menghanyutkan dalam “mimpi tak bertepi”.
Global Fund for Women adalah salah satu organisasi mitra HAPSARI yang paling banyak berkontribusi dalam mendukung program HAPSARI dan Radio. Mulai dari support untuk berdirinya stasiun Radio, biaya operasional program, sampai biaya program itu sendiri. Belakangan, bertambah lagi mitra HAPSARI, yaitu ProRep (Program Representasi) – USAID yang juga menyumbang program untuk Pemutaran Jingle Iklan dan Talkshow di Radio. Karena Radio Komunitas tidak boleh memiliki iklan komersial, maka HAPSARI memerlukan dukungan biaya program untuk merajut “mimpi-mimpi” kami melalui radio ini.***