BAGIAN II
HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL
Sejarah Hari Perempuan Internasional
Dalam Kata dan Imaji
Oleh: Joyce Stevens[1]
Asal-Muasal
Lahir diwaktu krisis dan turbulens ekonomi, Hari Perempuan Internasional (HPI) mewarisi tradisi dari aktivitas politik dan protes. Di tahun-tahun sebelum 1910, menjelang abad 20, perempuan di Negara-negara industri yang sedang berkembang mulai memasuki lapangan kerja.
Pekerjaan mereka terpisah secara seksual, terutama di sektor tekstil, manufaktur dan jasa domestik dengan kondisi kerja dan imbalan tidak layak. Serikat-serikat pekerja mulai berkembang dan perselisihan industrial mulai terjadi, termasuk bidang perempuan pekerja yang tidak bergabung dalam serikat pekerja. Di Eropa, api revolusi mulai tumbuh.
Perubahan-perubahan banyak terjadi dalam kehidupan perempuan, yang menolak/mendorong pembatasan politik yang membelenggu mereka. Di seantero Eropa, Inggris, Amerika dan Australia, perempuan dari seluruh strata sosial mulai melakukan kampanye untuk hak atas suara. Beragam alasan yang berbeda akan mengapa isu ini begitu penting serta bagaimana mencapainya.
Beberapa kaum sosialis melihat tuntutan untuk hak suara perempuan sebagai sesuatu yang tidak penting dalam gerakan kelas pekerja, ketika yang lainnya seperti Clara Zetkin dari Jerman dan Alexandra Kollontai di Rusia berhasil berjuang untuk hak pilihnya untuk diterima sebagai bagian penting dari program sosialis. Kaum sosialis lainnya berpendapat bahwa lebih penting untuk berjuang bagi hak-hak kepemilikan (property rights) dalam hubungannya dengan hak pilih ketimbang berkampanye untuk hak pilih bagi perempuan, di mana, jika berhasil di Inggris, akan berimplikasi terhadap memilih bagi kepemilikan perempuan.
Ada pembagian lain dalam gerakan di Inggris tentang cara gerakan tersebut dijalankan dari atas dan tentang taktik radikal yang diadopsinya. Sylvia Pankhurst berbeda jalan dengan ibunya dan saudara perempuannya tentang isu di atas, perdebatannya menekankan pada hubungan antara massa perempuan, yang berarti juga mengangkat kepedulian dari eksplotasi kelas pekerja perempuan. Dia juga berargumen bahwa puntuk menarik dukungan (suffragette) gerakan haruslah dihubungkan dengan semua kelompok-kelompok yang diopresi.
Tahun 1903 di Amerika Serikat, serikat pekerja perempuan dan perempuan professional liberal juga melakukan kampanye untuk hak memilih bagi perempuan yang dikembangkan oleh Liga Serikat Pekerja Perempuan untuk mengorganisir perempuan mendapat imbalan bekerja ditengah kesejahteraan ekonomi dan politik. Kondisi ini merupakan tahun-tahun yang pahit bagi banyak perempuan yang mengalami kondisi kerja dan rumah yang didera kemiskinan, seringkali juga mengalami kekerasan.
Di 1908, pada minggu terakhir Pebruari, perempuan sosialis di Amerika Serikat memulai Hari Perempuan yang pertama kalinya ketika demonstrasi besar-besaran terjadi untuk mendesakkan hak pilih dan hak-hak ekonomi dan politik bagi perempuan. Setahun kemudian, 2,000 orang menghadiri demonstrasi Hari Perempuan di Manhattan.
Pada tahun 1909, pekerja perempuan garmen memulai pemogokan umum. 20-30,000 pembuat pakaian berdemonstrasi selama 12 minggu musim dingin untuk gaji dan kondisi kerja yang lebih baik. Liga Serikat Pekerja Perempuan memberikan dana penjamin bagi para pelaku pemogokan yang ditahan dan jumlah lebih besar lagi untuk pendanan pemogokan.
Di tahun 1910 Hari Perempuan diusung oleh para sosialis dan feminis di seantero negeri. Setahun kemudian, sebuah delegasi menghadiri Konperensi Internasional Sosialis Perempuan Kedua di Kopenhagen dengan maksud agar Hari Perempuan menjadi acara internasional. Pemikiran mengenai solidaritas internasional antara pekerja yang tereksploitasi di dunia telah lama menjadi prinsip sosialis, walaupun banyak yang tidak mengetahuinya. Ide mengorganisir perempuan secara politis sebagai perempuan lebih kontrovesial ketimbang gerakan sosialis. Namun, pada masa itu, Partai Sosialis Jerman telah memiliki pengaruh kuat dalam gerakan sosialis internasional dan partai telah melakukan perjuangan untuk hak-hak perempuan, termasuk para pemimpinnya seperti Clara Zetkin terinspirasi oleh aksi-aksi dari pekerja perempuan Amerika Serikat dan saudari-saudari sosialis mereka, Clara Zetkin; telah mengkerangkakan sebuah tawaran untuk konferensi perempuan sosialis dari seluruh dunia haruslah fokus pada hari khusus setiap tahunnya untuk menekankan tuntutan mereka. Konferensi yang dihadiri oleh lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, mewakili serikat-serikat pekerja, partai-partai sosialis, kelompok perempuan pekerja, termasuk tiga perempuan pertama yang dipilih menjadi anggota parlemen Finandia, menyetujui usulan Zetkin yang menghasilkan persetujuan bulat untuk adanya Hari Perempuan Internasional.
Konperensi ini juga menekankan pentingnya hak perempuan untuk memilih, memisahkan dirinya dari sistem pemilihan berdasarkan hak-hak kepemilikan dan menyerukan dukungan universal– hak untuk memilih bagi perempuan dan laki-laki dewasa. Suara yang tidak sepakat dari keputusan ini berasal dari kelompok Inggris yang dipimpin oleh Ny. Despard dari Liga Pembebasan Perempuan (the Women’s Freedom League), kelompok yang aktif terlibat dalam gerakan mencari dukungan. Konferensi juga menghimbau adanya perlindungan kelahiran (maternity), disamping adanya intervensi Alexandra Kollontai atas nama ibu-ibu yang tidak menikah, hanya untuk perempuan menikah. Juga diputuskan untuk menentang pekerja di malam hari karena akan merusak kesehatan bagi sebagian besar perempuan pekerja, walaupun perempuan pekerja dari Swedia dan Denmark merasa bekerja di malam hari mendukung kehidupan mereka.***
Dari Arsip Perempuan dan Revolusi
Hari Perempuan Internasional :
Hari Raya Kaum Proletar[2]
Untuk hari Perempuan Internasional tahun ini, 8 Maret, kami mencetak ulang artikel dari jurnal Spartacist League, Perempuan dan Revolusi (Women and Revolution/ W&R) dalam hadirnya kelas pekerja di hari raya ini. Di tahun 1971, W&R memulai beberapa publikasi di lingkaran para perempuan, yang termasuk juga laki-laki, yang diinisiasi oleh Spartacist League untuk mengintervensi program revolusioner menjadi gerakan perempuan kiri baru yang radikal. Tahun 1973, W&R menjadi jurnal Komite Pusat Komisi Bekerja diantara Perempuan, yang mengekspresikan pengertian kita bahwa perjuangan akan kebebasan perempuan adalah pekerjaan revolusioner yang pionir menentukan keseluruhannya. Berdasarkan penghargaan kita terhadap pekerjaan Lenin dan Trotsky di dunia komunis internasional, kami melihat adanya kebutuhan untuk membangun divisi perempuan sebagai bagian pionir dari kaum proletar untuk memperluas pengaruhnya dalam meluaskan lapisan-lapisan kelas pekerja dan perempuan minoritas, serta menariknya ke gerakan revolusioner.
Substansi dari Perempuan dan Revolusi merefleksikan pemahaman materialis terhadap penindasan perempuan yang berakar di “masyarakat kelas”. W&R memuat skala luas pertanyaan-pertanyaan sosial, dari mulai seksualitas manusia serta budaya untuk yang membudayakan pendegredasian perempuan di negara-negara dengan perkembangan kapitalis yang terbelakang, dimana perjuangan akan hak-hak perempuan adalah kekuatan penggerak perlawanan revolusioner. Sementara keberadaan Perempuan dan Revolusi ditunda sebagai publikasi independen pada tahun 19197 sebagai ukuran penting untuk mengkonsolidasikan sumber-sumber yang sulit dikonsolodasikan, Perempuan dan Revolusi dipublikasikan saat ini dalam bentuk Spartacist, jurnal dari Liga Komunis Internasional (Internasionalis Keempat).
Artikel berikutnya dicetak dari W&R No. 8 (Spring 1975).
Feminis Borjuis dapat merayakannya- Hari Perempuan Internasional- tetapi hari itu adalah hari raya para pekerja. Berlatarbelakang tahun 1908, diantara pekerja perempuan penjual jarum di Manhattan’s Lower East Side, yang berjalan bersama dibawah slogan “bekerja delapan jam sehari,” “akhiri pekerja anak-anak,” dan “hak yang setara bagi perempuan”, yang diadopsi pada Second International pada tahun 1911.
Hari Perempuan Internasional untuk pertama kali dirayakan pada 1913 dimana saat itu diberitakan secara luas di harian Bolshevik, Pravda, dan dipopulerkan lewat beberapa klub dan kelompok masyarakat yang dikontrol oleh organisasi-organisasi Bolshevik, yang mewakili analisa Marxist terhadap penindasan perempuan dan program emansipasinya. Pada tahun berikutnya, Kaum Bolshevik ini tidak hanya melakukan agitasi untuk Hari Internasional Perempuan di harian Pravda (yang selanjutnya dipublikasi dengan nama Put Pravdy), tetapi juga membuat persiapan untuk mempublikasi jurnal khusus yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan terhadap pembebasan perempuan di Rusia dan di dunia internasional. Namanya adalah Rabotnitsa (Perempuan Pekerja), dan isu pertama yang dijadwalkan keluar pada Hari Perempuan Internasional tahun 1914.[3]
Persiapan untuk hari raya ini dilakukan dalam kondisi yang serba tidak pasti. Segera setelah hari-hari panjang penantian dari para editor Rabotnitsa- dengan satu pengecualian- juga kaum Bolshevik lainnya yang telah melakukan agitasi untuk Hari Perempuan Internasional di pabrik-pabrik di St. Petersburg, ditahan oleh polisi (Kaisar) Tsar. Selain penahanan ini, kaum bolshevik melangkah lebih jauh dalam persiapan mereka. Anna Elizarova— saudara perempuan Lenin dan satu-satunya anggota dewan penyunting yang lolos dari penahanan—sendirian memastikan isu perdana Rabotnitsa terbit di tanggal 8 Maret (atau, menurut kalender Rusia adalah 23 Pebruari) sesuai yang dijadwalkan.
Clara Zetkin, tokoh utama di Partai Sosial Demokrasi Jerman dan dalam gerakan internasional perempuan pekerja menulis:
“Salam bagi anda semua atas keputusan yang berani untuk mengorganisir Hari Perempuan, selamat bagi anda yang tidak kehilangan keberanian dan menolak duduk berdiam diri. Kami bersama anda, hati dan jiwa kami. Anda dan gerakan anda akan diingat terus dalam berbagai pertemuan yang diorganisir untuk Hari Perempuan di Jerman, Hongaria dan Amerika.”
—Dikutip dari A. Artiukhina, “Proidennyi Put’,”
Zhenshchina v Revoliutsii
Sampai sekarang perayaan yang paling penting dari Hari Perempuan Internasional terjadi di Petrograd pada tanggal 8 Maret 1917 ketika pekerja tekstil perempuan di kota tersebut memimpin pemogokan massal lebih dari 90,000 pekerja— pemogokan yang menandakan berakhirnya 300 tahun dinasti Romanov dan permulaan bagi Revolusi Rusia. Seminggu sesudahnya, Pravda (surat kabar di Rusia) berkomentar:
“Hari pertama revolusi— adalah Hari Perempuan, hari internasional perempuan pekerja. Semua didedikasikan untuk internasional! Kaum perempuan adalah yang pertama membanjiri jalan-jalan di Petrograd pada hari perempuan.”
Ketika posisi perempuan mengalami penurunan dibawah Stalin dan penerusnya, sebagai bagian dari penurunan dari seluruh pekerja di Soviet, Hari Perempuan Internasional bertransformasi dari hari internasional solidaritas proletar menjadi ritual kosong seperti Hari Ibu di Amerika Serikat yang memuja peran tradisional perempuan dalam keluarga.
Tetapi Hari Perempuan Internasional bukanlah perayaan untuk keibuan atau persaudarian; mengabaikan fakta ini adalah mengabaikan aspek-aspek signifikan dari sejarah dan tujuannya, yang mana harus memperkuat tingkatan dari revolusioner proletar. Tidak seperti masa sebelum perang Mensheviks yang menginginkan konsiliasi feminis dari hari mereka dengan membatasi perayaan hanya pada Hari Perempuan Internasional, kaum Bolsheviks bersikukuh bahwa hari itu haruslah menjadi hari libur bagi perempuan dan laki-laki pekerja dalam perjuangan bersama. Sebagaimana Nadezhda
Krupskaya menulis dalam artikel utama di isu pertama Rabotnitsa:
“Yang mana akan menyatukan pekerja perempuan dengan pekerja laki-laki lebih kuat daripada yang akan memisahkan mereka. Mereka bersatu dalam ketiadaan hak-hak mereka, kebutuhan bersama, kondisi bersama, yang berjuang untuk tujuan bersama …. Solidaritas antara pekerja laki-laki dan perempuan, aktivitas bersama, tujuan bersama, jalan bersama untuk tujuan ini— adalah solusi dari pertanyaan ‘perempuan’ diantara para pekerja.”
Hari ini, program Bolshevik untuk kesetaraan penuh perempuan telah dibawa lebih lanjut oleh Liga Spartacist. Kami bangga untuk mempublikasikan sejarah sebenarnya dari Hari Perempuan Internasional, sebagai bagian dari warisan revolusioner kita, dan kita akan merayakannya dengan forum publik di seluruh negeri menampilkan analisis Marxist tentang penindasan perempuan dan program serta strategi untuk menghancurkan penindasan itu.
Sebagaimana kita mendalami pengaruh kita dalam kelas pekerja, kita akan menantikan untuk perayaan masa depan Hari Perempuan Internasional, tidak hanya melalui propaganda, tetapi juga melalui inisiasi dari rentang kegiatan-kegiatan yang secara tradisional diasosiasikan dengan hari libur proletar ini – pemogokan umum, perlawanan, revolusi! Untuk pembebasan perempuan melalui revolusi proletar!
“Di bawah pimpinan internasional ke tiga, hari perempuan pekerja akan menjadi hari perjuangan sejati; ini akan berbentuk ukuran-ukuran praktis dimana baik mensolidkan penalkukan komunisme…atau persiapan cara untuk kediktatoran bagi kelas pekerja”. –-Alexandra Kollontai
V.I. Lenin dan Kongres Perempuan Pertama
Oleh: Alexandra Kollontai[4]
Sumber: Vladimir Ilyich Lenin. Reminiscences. 1900-1922, Moscow, 1963, Halaman 221-223.
Vladimir Ilyich adalah salah seorang yang memulai keterlibatan masif perempuan dari kota-kota dan desa-desa dalam pembangunan Negara sosialis. Uni Soviet memiliki posisi yang unik di dunia dalam hal ini. Tidak ada perbandingannya di negara-negara lain.
Di setiap Negara di dunia, perempuan berjuang sendirian untuk hak-haknya, dan berhadapan dengan penolakan kuat dari pemerintahan borjuis mereka. Di banyak Negara perempuan berjuang dengan gagah berani untuk hak-haknya, tapi mereka tidak mampu untuk mendapatkan hak-haknya seperti yang dinikmati oleh perempuan di Republik Sovyet.
Keunikan dari Uni Soviet terletak pada fakta bahwa perempuan itu sendi ri yang menuntut pemerintah hak untuk bekerja, terhadap pendidikan dan perlindungan ibu (motherhood), tetapi pemerintah menempatkan perempuan ke dalam setiap lapisan (sphere) perburuhan, termasuk mereka yang tidak memiliki akses mayoritas borjuis di belahan Negara, dan secara stimultan melindungi kepentingan perempuan sebagai ibu. Semua ini tertulis dalam konstitusi Soviet, yang tidak ada bandingannya di belahan dunia manapun.
… Kongres perempuan pekerja pertama memulai pekerjaan besar nya yang dipimpin oleh partai diantara jutaan perempuan lainnya di Uni Sovyet. Vladimir Ilyich menghadiri pertemuan tersebut. Sejak hari pertama Revolusi Oktober, kekuatan Soviet mengakui hak-hak penuh perempuan; namun, tidak semua perempuan dapat memberdayakan diri mereka sendiri.
Diantara para perempuan, sebagai hasil dari ketiadaan kesadaran kelas, telah tertipu oleh para musuhnya dalam kekuatan Soviet. Vladimir Ilyich (sekali lagi) berbicara (dan saya masih ingat dengan terang kata-katanya):
‘Bahkan jika pejuang yang paling berani di perang sipil kembali kerumahnya dan harus mendengar gerutuan dan keluhan dari istrinya, sebagai hasil dari ketiadaan sang istri akan kesadaran politik, penentang untuk keberlanjutan perjuangan untuk kekuasaan Soviet, kemauan bahkan pejuang yang gagah berani dan pantang menyerah mungkin akan menyerah kepada istrinya dan jatuh ke pelukannya yang berbahaya.
‘Karena itu,’ ujar Vladimir Ilyich,’kita harus membentuk massa pekerja perempuan ke dalam organisasi yang solid dalam kekuatan Soviet melawan kontra-revolusi. Setiap perempuan harus memahami bahwa, dalam perjuangan untuk kekuatan Soviet, dia berjuang untuk hak-haknya sendiri dan untuk anak-anaknya.
Pada musim gugur[5] di tahun 1918, partai mengirim kelompok-kelompok aktif Bolsheviks ke berbagai belahan wilayah di Russia untuk menggalang kerja dengan perempuan. Saya dikirim oleh Sverdlov ke daerah Orekhovo-Zuyevo, Kineshma, Ivanovo dan tempat-tempat lainnya. Saya ingat bagaimana seorang pekerja tekstil perempuan Anuchkina mengundang saya ke rumahnya. Ia menawarkan saya secangkir teh; tidak ada roti, tidak ada gula, tetapi semangat yang tinggi. Dalam percakapan kami, kawan Anuchkina menyatakan pendapatnya bahwa sekaranglah saatnya untuk mengadakan kongres bagi perempuan pekerja dan perempuan petani. Saya menyukai ide itu, dan saya sampaikan ke Komite Sentral Partai ketika saya kembali ke Moskow. Vladimir Ilyich menyetujui penuh akan ide ini dan memberikan dukungannya.
‘Tentu saja,’ ujarnya, ‘tidak boleh ada organisasi perempuan yang terpisah, namun perlu dibangun perangkat yang tepat dalam organisasi yang diharapkan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran diantara populasi perempuan ini, dan dapat memberi pelajaran bagi perempuan untuk bagaimana menggunakan hak-haknya untuk membangun Negara Soviet, yaitu untuk membangun masa depan yang lebih baik. Perempuan harus terlibat di wilayah lokal Soviet baik di kota maupun di pedesaan, mereka harus menguasai pekerjaan praktis dan pengetahuan.
Perhatian tertentu juga harus diberikan untuk pengembangan lembaga-lembaga tersebut yang menerangkan beban keibuan perempuan agar terlibat secara aktif dalam bekerja untuk Negara dan pabrik-pabrik.
Ide-ide dan tugas-tugas yang diditekankan oleh Vladimir Ilyich membentuk dasar kerja yang didiskusikan pada kongres pertama perempuan pekerja, pada 16-21 Nopember 1918. Kelompok utama dari perempuan Bolsheviks, termasuk Nadezhda Konstantinovna Krupskaya, Inessa Armand, saya sendiri (Alexandra Kollontai) dan beberapa lainnya – kesemuanya menghasilkan laporan dan resolusi dari berbagai isu.
Saya mendapat pekerjaan untuk menyiapkan laporan dan resolusi mengenai metode kerja bagi perempuan dan tentang organisasi dari perangkat kerja partai, yaitu, menciptakan seksi-seksi perempuan. Resolusi ini disetujui oleh kongres, dan membentuk landasan kerja 10 tahun oleh seksi-seksi perempuan dalam partai. Hal ini juga diadopsi dalam Konferensi Internasional Perempuan Komunis 1921, sebagai pedoman untuk semua pihak yang menjadi anggota Comintern.[6]
Pada saat kongres dimulai, tidak semua orang menghargai pentingnya kongres ini. Saya masih ingat tentangan muncul dari Rykov, Zinoviev dan lainnya.
Namun, Vladimir Ilyich menyatakan pentingnya kongres. Dia selalu meminta bagaimana kita terus maju dan apakah perempuan bereaksi terhadap seruan –seruan kita. Pekerjaan untuk menyiapkan kongres pertama kita tidaklah mudah. Kantor pos bekerja sangat buruk sehingga kita tidak menerima jawaban apapun dari komite partai atas permintaan kita agar mereka mengirimkan delegasinya. Berdasarkan hitungan kasar, kami memperkirakan sekitar 300 orang akan hadir. Faktanya malah mencapai 1.147. Kami mendapatkan gedung di Rumah Soviet Ketiga (Sadovo-Karetnaya St. in Moscow). Namun, kami hanya memiliki makanan hanya untuk 350 orang. Malam itu saya menerima panggilan telepon dari Podchufarova dan Baranova, yang memberitahukan: “para delegasi sudah datang, tapi jumlahnya semakin membengkak –tidak ada roti, tidak ada gula, tidak ada teh.”
Laporan tentang kongres dimuat di majalah Kommunistka, No. 11, 1923 (‘Bagaimana kami membentuk Kongres Seluruh Rusia Pertama Perempuan Pekerja dan Petani’). Vladimir Ilyich mengikuti even-even dalam kongres, dan Nadezhda Konstantinovna, anggota Presidium, memberikan informasi atas kegiatan kongres setiap harinya. Ia memberitahukan Lenin bahwa ada anggota delegasi yang berasal dari kelompok petani perempuan miskin yang datang dengan berpakaian kulit domba dan berbicara menentang kulaks,[7] dan banyak dari mereka yang pandai bicara di depan publik. Vladimir Ilyich mengatakan bahwa dia akan menemui mereka.
Vladimir Ilyich hadir di kongres ketika Soboleva memberikan pidatonya. Kami ingin menginterupsi Soboleka, tapi Vladimir Ilyich menyatakan agar soboleka tetap berpidato sampai selesai. Namun, tentu saja, semua orang berhenti mendengarkan dia.
Pada 19 November, Vladimir Ilyich membuat pidatonya yang bersejarah yang menjadi dasar dari pekerjaan kami tentang perlindungan kau ibu dan anak-anak, serta banyak hal lainnya.
Vladimir Ilyich percaya bahwa perempuan harus diberi kesempatan kerja sebagai aparat Negara dan secara bersamaan mampu menjadi ibu. Perempuan adalah tenaga kreatif yang berharga, tetapi juga mereka memiliki hak dan kewajiban sebagai ibu. Peran-peran keibuan adalah kewajiban sosial utama. Negara Soviet sedang menerapkan ide-ide yang diajukan oleh Vladimir Ilyich Tidak hanya perempuan di Uni Soyet, tetapi juga perempuan di seluruh dunia harus mengetahui bahwa Vladimir Ilyich telah meletakkan dasar-dasar bagi kesetaraan perempuan. Sekedar mendapatkan hak-hak hukumnya tidaklah cukup, perempuan harus tersetarakan dalam praktik. Kesetaraan perempuan berarti memberi mereka kesempatan untuk mengasuh anak-anaknya, dan mengkombinasikan keibuan degan bekerja untuk masyarakat.
Tidak di bagian manapun di dunia, maupun sejarah ada pemikir dan negarawan yang telah melakukan banyak hal untuk emansipasi perempuan seperti Vladimir Ilyich.***
[1] Diunduh dari http://www.isis.aust.com/iwd/stevens/origins.htm, 10/6/2007 2:10:55 PM
[2] Diunduh dari http://www.icl-fi.org/print/english/wv/887/iwd.html, pada hari 10/6/2007 2:36:32 PM
[3] lihat “Bagaimana Kaum Bolshevik Mengorganisir Perempuan Pekerja: Sejarah Jurnal Rabotnitsa,” Women and Revolution No. 4, Fall 1973.
[4] Diunduh dari http://www.marxists.org/archive/kollonta/1918/congress.htm (1 of 5)10/6/2007 1:46:30 PM
[5] Musim Gugur di negara-negara yang mengenal empat musim (musim panas, musim semi, musi m gugur dan musim dingin) biasanya terjadi antara bulanAgustus – Oktober. (catatan penyunting).
[6] The Comintern (Komunis Internasional atau juga dikenal sebagai Internasional Ketiga) adalah organisasi internasional komunis yang didirikan di Moskow Maret 1919. International Ketiga dimaksudkan untuk melawan “dengan segala cara, termasuk kekuatan bersenjata, untuk mendepak borjuis internasional dan untuk menciptakan republik Soviet Internasional sebagai tahap transisi untuk menghilangkan Negara secara total. (keterangan tambahan oleh penyunting)
[7] Kulaks adalah kategori dari petani-petani yang berpengaruh dan berkecukupan di msa akhir kekaisaran Rusia, dan di awal Uni Soviet. Kata “Kulak” semula merujuk kepada petani di masa kekaisaran Rusia yang lahir sebagai hasil dari Reformasi Stolypin yang dimulai di tahun 1906. Reformasi Stolypin menciptakan kelas baru pemilik-lahan yang dibolehkan untuk mendapatkan kredit lahan dari pemilik lahan besar. Kredit ini (seaca hutang-pegadaian) akan dikembalikan melalui skema kerja di pertanian. Di tahun 1912 16% (sampai 11% di tahun 1903) petani telah memiliki lahan di atas 8 are (3.2 hektar) per anggota keluarga laki-laki (batasan yang digunakan dalam statistik untuk membedakan petani kelas menengah dengan petani kaya, seperti kulaks). Pada masa itu rata-rata keluarga memiliki 6 – 10 anak.
Menurut Marxism-Leninism, kulak adalah kelas musuh bagi petani miskin. Dari kaca mata teori, petani miskin dan buruh perkebunan harus dibebaskan dengan revolusi bersama kaum proletar (pekerja perkotaan). Apalagi, ekonomi yang terencana membutuhkan kolektivisasi dari pertanian dan lahan untuk membuka industrialisasi dari produk pertanian berkala besar (ditambahkan oleh penyunting).