Selama ini Jogyakarta memang sangat dikenal sebagai daerah wisata dengan banyak produk dan hal menarik, mulai dari “Gudeg, Bakpia, Keraton, Malioboro, Parang Tritis dan Nyi Roro Kidul, hingga Merapi dengan Mbah Marijannya”.
Ternyata tak hanya itu. Ada produk istimewa lainnya di Jogyakarta, tepatnya di kabupaten Kulon Progo, yaitu kopi. Kopi merupakan salah satu dari lima komoditas unggulan di bidang perkebunan selain cengkih, teh, kelapa, dan kakao. Luas tanaman kopi berdasarkan data 2011 mencapai 1.290 hektare yang berada di Kecamatan Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo dan sebagian Pengasih. Hasil produksi kopi di Kabupaten Kulon Progo, terus mengalami peningkatan atau rata-rata per tahunnya mencapai 340 ton[1].
Sejak tahun 2010 HAPSARI mengorganisir komunitas perempuan desa dan mendirikan Serikat Perempuan Independen (SPI) kabupaten Kulon Progo, dengan basis keanggotaan terutama di kecamatan Kalibawang dan Samigaluh.
Daya tarik Jogya; Keraton dan Kopi memang telah menjadi “magnet” tersendiri yang membawa langkah HAPSARI sampai di bumi Nyi Ageng Serang di Kulon Progo. Pada 2010 HAPSARI berhasil memfasilitasi berdirinya Serikat Perempuan Independen (SPI) kabupaten Kulon Progo yang pada saat Deklarasi dihadiri oleh GKR.Hemas.
Salah satu kegiatan program yang dikembangkan HAPSARI bersama SPI Kulon Progo sejak tahun 2012 adalah Unit Usaha Pengolahan Kopi, melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) HAPSARI yang telah memiliki badan hukum formal. Unit Usaha Pengolahan Kopi ini bekerjasama dengan SERTANI (Serikat Petani) Kulon Progo yang mayoritas anggotanya di kecamatan Samigaluh adalah petani Kopi.
Setiap musim panen, Koperasi HAPSARI membeli kopi (green beans) petik merah jenis Robusta dan Arabica, langsung dari petani anggota SERTANI. Harga beli dari Koperasi sedikit lebih mahal dibanding harga yang ditawarkan pengepul[2]. Selama ini, Koperasi mampu membeli sedikitnya 1 ton green beans petik merah dari jenis Arabika. Lalu mengolahnya menjadi kopi siap giling (roasting) dan siap seduh (powder) serta mengemasnya dalam kemasan yang menarik, dengan merek : “JAVA MENOREH”. Kopi Java Menoreh telah mendapat ijin PIRT dari Dinas Kesehatan Kulon Progo, dengan Nomor : 5103401010025-18 (Tanggal 23 Januari 2013).
Target pemasaran produk kopi ini adalah serikat-serikat anggota HAPSARI yang menyebar di 9 kabupaten dan 5 provinsi. Saat ini pasar terbesar adalah Sumatera Utara (Deli Serdang dan Serdang Bedagai). Bahkan kalangan pemerintah daerah di kabupaten Serdang Bedagai sudah mengkonsumsi kopi dari Koperasi HAPSARI ini. Sementara di kabupaten Kulon Progo sendiri, dalam berbagai kesempatan Bapak Hasto Wardoyo (Bupati Kulon Progo) selalu menyatakan dukungan untuk menjadikan Kopi Java Menoreh sebagai produk unggulan daerah ini.
Melalui Koperasi, HAPSARI bercita-cita mengembangkan bisnis kooperatif (kolektif) yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya dari keuntungan bisnis yang diperoleh. Oleh karena itu, HAPSARI ingin mewujudkan ide ini menjadi kenyataan, melalui rencana pengembangan Bisnis mendirikan Warung Kopi dan memilih nama : “Kedai Kopi Menoreh”. Pilihan nama ini bukan tanpa alasan. Ini adalah sebuah “penghormatan” kepada para petani Kopi di perbukitan Menoreh[3] kabupaten Kulon Progo Jogyakarta dimana sebagian diantara mereka adalah perempuan; anggota SPI Kulon Progo. Ini juga upaya pembuktian komitmen untuk mensejahterakan masyarakat tani, terutama kaum perempuan tani.
Dengan berkembangnya bisnis ini, memungkinkan Koperasi HAPSARI untuk meningkatkan jumlah pembelian bahan baku kopi dari petani kecil di perbukitan Menoreh, dengan harga beli yang lebih layak dibanding harga pengepul sebagaimana dilakukan selama ini.
Tujuan utama dari bisnis ini adalah : mengembangkan unit usaha yang sudah ada selama ini, menjadi bisnis yang lebih terukur, mengajak para pihak untuk mendukung rencana-rencana bisnis yang akan dilakukan, antisipasi perkembangan ke depan (tantangan dan kesempatan yang tersedia), serta mengelola laba dan pengembangan asset yang sudah dimiliki.
Ratusan ribu jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jogya tiap tahun, adalah potensi pasar yang sangat potensial untuk bisnis Kedai Kopi ini. Ditambah dengan adanya jejaring dengan kalangan pemerintah daerah, kalangan mahasiswa, organisasi kemasyarakatan dan kalangan seniman (budayawan) di sekitar Jogyakarta, memberikan peluang pasar yang sangat menjanjikan untuk bisnis ini.
Untuk mulai menjalankan perencanaan bisnis ini, HAPSARI telah memiliki Proposal Perencanaan Bisnis yang layak, sehingga pihak-pihak yang tertarik berinvestasi dipersilakan menghubungi HAPSARI.***
[1] http://www.antaranews.com/berita/329966/kulon-progo-hasilkan-kopi-340-ton-per-tahun
[2] Pengepul adalah agen di desa yang mengumpulkan hasil panen dengan membeli dari petani. Tahun 2014, harga kopi petik merah (green beans kering) untuk jenis arabica per kilo gram adalah Rp.40.000,-, Koperasi membeli dengan harga Rp.55.000,-
[3] dikenal dalam sejarah sebagai basis pertahanan Pangeran Diponegoro bersama para pengikutnya dalam Perang Jawa (1825–1830) melawan Hindia-Belanda (http://id.wikipedia.org/wiki/Pegunungan_Menoreh)