Beranda Rumah dan Kampung NUSA

Membangun Model Ketahanan Iklim Berbasis Komunitas Melalui Kepemimpinan Perempuan Akar Rumput

27
BERBAGI

Perubahan iklim bukan hanya isu lingkungan global, tetapi juga persoalan nyata yang dirasakan langsung oleh keluarga, terutama perempuan di komunitas-komunitas pedesaan. Di tengah minimnya aksi iklim di tingkat tapak dan terbatasnya literasi iklim di kalangan kelompok-kelompok marginal, HAPSARI—sebagai organisasi perempuan akar rumput di Sumatera Utara—mengambil peran penting untuk menjembatani kesenjangan ini.

HAPSARI mengembangkan Kampung Nutrisi Keluarga (Kampung NUSA) dan Rumah Nutrisi Keluarga (Rumah NUSA) sebagai model inovatif ketahanan iklim berbasis komunitas.

Inisiatif Awal: Dua Tahun Program

Selama dua tahun pelaksanaan, model ini telah menunjukkan hasil nyata: 7 Peraturan Desa (Perdes) lahir untuk mendukung ketahanan pangan dan ketahanan iklim, 150 perempuan kader terlatih sebagai pemimpin komunitas untuk aksi iklim, dan Rumah Bibit berfungsi sebagai Layanan Berbasis Komunitas. Lebih dari itu, pendekatan ini juga mendapat pengakuan formal dan kolaborasi aktif dari pemerintah desa, kabupaten, hingga provinsi, serta dukungan akademisi dari Universitas Sumatera Utara.

Melalui berbagai pelatihan, dialog rumah tangga, dan aksi kolektif, perempuan tidak hanya memperoleh keterampilan teknis, tetapi juga menguatkan suara, posisi, dan kepercayaan diri dalam pengambilan keputusan di tingkat rumah tangga, komunitas, dan desa. Mereka menjadi agen perubahan yang mampu memobilisasi aksi kolektif untuk memperkuat ketahanan pangan keluarga sekaligus membangun kesadaran akan risiko iklim.

Apa yang menjadikan model ini kuat adalah kombinasi pengorganisasian komunitas, kepemimpinan perempuan akar rumput, dan dialog multi-pihak. HAPSARI membuktikan bahwa ketahanan iklim tidak hanya bisa dibangun lewat infrastruktur fisik, tetapi juga lewat transformasi sosial—dengan perempuan sebagai motor perubahan. Kampung NUSA menjadi jembatan antara aksi lokal dengan kebijakan publik, memperkuat kapasitas perempuan untuk berdaya secara ekonomi, sosial, dan politik di tengah tantangan perubahan iklim.

Hasil Evaluasi

Evaluasi partisipatif yang dilakukan menunjukkan bahwa model Kampung NUSA dan Rumah NUSA relevan, efektif, dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan lahan pekarangan, polybag, hingga tanah bengkok desa, perempuan dan keluarga membangun ketahanan pangan dari rumah sendiri, sekaligus berkontribusi pada pengurangan emisi karbon melalui gerakan menanam.

Model ini juga memperlihatkan potensi replikasi yang kuat, berkat pendekatan berbasis komunitas yang mudah diadaptasi serta kolaborasi lintas sektor yang sudah terbangun. HAPSARI telah menunjukkan bagaimana inisiatif lokal perempuan mampu memberikan kontribusi konkret terhadap agenda ketahanan iklim, sekaligus memperkuat kohesi sosial di tingkat komunitas.

Dukungan untuk Keberlanjutan

Ke depan, HAPSARI melihat pentingnya memperluas jejaring kolaborasi dengan pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk mereplikasi dan mengarusutamakan model ini dalam kebijakan pembangunan daerah dan nasional. Dukungan lebih lanjut dari para donor dan mitra strategis akan menjadi kunci untuk memastikan suara dan kepemimpinan perempuan akar rumput tetap terdengar dan menjadi bagian penting dalam strategi ketahanan iklim Indonesia.***

Komentar Via Facebook

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here