Beranda Rumah dan Kampung NUSA

Aksi Iklim yang Terlihat Kecil, Tapi Berdampak Besar: RumahNUSA dan Ketahanan yang Tumbuh dari Tanah Tersisih

35
BERBAGI

Sumatera Utara, tempat di mana tanah subur sering kali lebih mudah ditemukan dalam peta konsesi daripada dalam peta pangan warga. Di sini, sawit tumbuh lebih cepat daripada kesempatan kerja layak. Tetapi di sela-sela kebun besar dan pembangunan yang menggilas pelan-pelan, ada yang sedang bertumbuh: sebuah bentuk aksi iklim yang tak membutuhkan jargon teknokratis atau panggung internasional—karena ia tumbuh dari tanah, dari dapur, dari tangan-tangan perempuan yang tidak punya privilege untuk menunggu konferensi iklim berikutnya.

Sejak 2022, HAPSARI, sebuah organisasi perempuan akar rumput yang kadang lebih akrab dengan pot bekas daripada proposal lima bab, memulai sesuatu yang nyaris tak terdengar di pusat kekuasaan: RumahNUSA dan Kampung NUSA. Program ini bukan sekadar proyek hortikultura sambil menunggu bantuan datang, tapi sebuah laboratorium sosial tempat perempuan miskin membuktikan bahwa aksi iklim tidak harus menunggu dana besar untuk dimulai.

Ketahanan Iklim Dimulai dari Dapur

Hasil panen dari halaman rumah yang tak seberapa, yang dibawa dalam Festival Rumah Nusa, anggota HAPSARI

Alih-alih menunggu lahan dibagikan, mereka mengklaim ruang yang ada—dari pekarangan sempit hingga tanah bengkok Lurah—untuk menanam sayur, membangun solidaritas, dan menciptakan pengetahuan baru. RumahNUSA bukan hanya kebun pangan; ia adalah ruang belajar kepemimpinan, ruang advokasi, ruang aman bagi perempuan untuk tumbuh sebagai pemimpin komunitas dalam menghadapi krisis iklim.

Selama 20 bulan berjalan, program ini menghasilkan lebih dari yang dijanjikan:

  • 5 Perdes berpihak pada perempuan dan iklim
  • 4 Unit Layanan Berbasis Komunitas (LBK)
  • 370 lebih alumni pelatihan kepemimpinan perempuan
  • 40 kader perempuan baru yang kini aktif memimpin advokasi dan pendidikan komunitas

Mereka tidak hanya menanam cabai dan bayam, tapi juga menanam keyakinan bahwa masa depan bisa dipetik dari halaman belakang sendiri—asal ada dukungan yang tepat.

Inovasi Tanpa PowerPoint

Apa yang membuat RumahNUSA layak dilihat oleh komunitas donor global? Bukan karena visual presentasinya canggih, tapi karena modelnya sederhana, bisa direplikasi, dan sudah terbukti bekerja di desa-desa dengan akses paling minim. Ia memadukan solusi iklim, pemberdayaan perempuan, dan ketahanan pangan dalam satu sistem yang hidup—secara harfiah dan sosial.

Satu contoh: perempuan yang sebelumnya hanya dikenal sebagai “istri petani” kini menjadi penggerak Rumah Bibit pangan lokal. Mereka tak hanya bertani, tapi juga memimpin musyawarah desa, mengatur distribusi hasil panen, dan bernegosiasi soal hak atas lahan.

Tapi, tentu saja, bahkan tanaman yang paling kuat sekalipun butuh air. Dan dalam konteks ini, airnya adalah dukungan yang berkelanjutan: dana, pelatihan, akses ke kebijakan, dan jejaring yang lebih luas.

Mitra yang Membaca Ini, Mari Kita Bicara

Kentang Gantung, tanaman pengganti beras yang ditanam di Rumah Nusa, anggota HAPSARI

Kami percaya model ini tidak hanya layak didukung, tetapi juga layak diperluas. Dalam dunia di mana narasi iklim sering terjebak di antara debat emisi dan offset karbon, perempuan-perempuan ini sudah lebih dulu berjalan. Mereka tidak menunggu kerangka logis sempurna untuk bergerak; mereka hanya butuh ruang dan dukungan untuk melaju lebih jauh.

Pertanyaannya bukan lagi apakah aksi ini layak didanai. Tapi: siapa yang berani berinvestasi pada masa depan yang sedang bertunas dari desa-desa paling sunyi?

Karena, solusi paling tahan krisis tidak hanya datang dari konferensi besar di gedung kaca, tapi juga dari sepetak tanah yang diolah oleh perempuan dengan dua ember, satu cangkul, dan harapan yang tak bisa dihitung dalam dolar. ***

Komentar Via Facebook

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here