Beranda Dinamika Gerakan

LBK dan Pengetahuan Lawan Covid-19

1119
BERBAGI
Pandemi covid-19 yang melanda dunia dan masuk ke Indonesia pada Maret 2020 lalu, hingga hari ini belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda, baik dari jumlah kasus maupun kebijakan penanganan yang dilakukan. Worldometers mencatat bahwa kasus coronavirus di Indonesia per 17 agustus 2020 sudah mencapai angka 141,370.Secara empiris, pandemi yang paling mirip dengan Covid-19 adalah pandemi Flu Spanyol tahun 1918, atau sekitar 102 tahun yang lalu, yang menurut catatan menewaskan 50 juta penduduk seluruh dunia. Terbesar di daratan Amerika 99% kasus, 1,1% terjadi di seluruh dunia, dan menginfeksi 500 juta penduduk dunia atau hampir 1/4 penduduk dunia terinfeksi oleh Virus H1N1 yang berasal dari Amerika ini.

Situasi Hari Ini dan Prediksi ke Depan

Berbagai intervensi telah dilakukan untuk merepons pandemicCovid-19 agar dampaknya tidak semakin buruk. Sayangnya, kebanyakan hanya bicara (edukasi) di hilir, tentang protocol kesehatan, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun hingga penyaluran bantuan pangan dan stimulus ekonomi. Faktanya, setelah penetapan new normal oleh pemerintan, kita justru menyaksikan angka kesakitan (positif) yang terus meningkat, diikuti dengan melemahnya fasilitas kesehatan dengan semakin banyaknya tenaga kesehatan kita berguguran dan masyarakat tampak semakin abai dengan situasi.

Ini adalah ancaman tersendiri yang berkontribusi pada tingginya angka positif Covid-19 dan grafik yang tidak diketahui, entah kapan akan turun, lalu mereda.

Tampaknya, basis pengetahuan untuk memahami situasi apa yang sedang terjadi hari ini, dan seperti apa prediksi ke depan kurang diekplorasi. Baik dalam informasi-informasi yang disebarluaskan oleh pemerintah, non pemerintah maupun media massa.

Padahal sesungguhnya Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan dan nyawa manusia, tetapi juga mengancam keselamatan sebuah bangsa di seluruh dunia. Masalah kesehatan telah menjadi masalah social, masalah ekonomi, masalah keuangan dan masalah politik. Itulah yang kita hadapi saat ini.

LBK dan Pengetahuan Lawan Covid-19

Oleh karena itu, sebagai bagian dari organisasi masyarakat sipil, HAPSARI (Himpunan Serikat Perempuan Indonesia) mengambil peran membantu pemerintah daerah, dengan membangun Layanan Berbasis Komunitas (LBK) di desa-desa, untuk merespon dampak Covid-19.

“Salah satu yang dilakukan adalah memfungsikan lembaga-lembaga layanan yang sudah ada di tingkat komunitas (Layanan Berbasis Komunitas/LBK) menjadi pusat-pusat informasi dan edukasi terkait pencegahan dan penanganan Covid-19 kepada kelompok yang paling terdampak, termasuk Layanan Pengaduan Kekerasan Berbasis Gender”. Demikian disampaikan oleh Lely Zailani, Ketua Dewan Pengurus HAPSARI yang juga Anggota Relawan Pejuang Lawan Covid-19.

Situasi pandemic Covid-19 tidak hanya merubah pola hubungan dalam keluarga, dimana pada satu sisi semakin banyak waktu bersama, tapi juga menyebabkankan rentannya kekerasan terhadap perempuan dan anak karena beban ekonomi rumah tangga yang semakin berat, berkurangnya konsumsi rumah tangga, kekurangan nutrisi dan stress akibat kebijakan belajar di rumah yang menjadi beban tambahan bagi ibu rumah tangga.

“LBK menjadi pintu masuk melakukan edukasi pada masyarakat untuk menghadapi pandemic Covid-19 dengan pengetahuan. Tak sekedar cuci tangan, tetapi pengetahuan tentang pendemi itu sendiri dan multi player efek yang ditimbulkan, serta antisipasi apa yang harus kita lakukan. LBK yang selama ini merupakan system layanan penanangan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, didorong menjadi layanan yang terintegrasi dengan program-program perlindungan social di desa. Sehingga, terbangun sinergi dan kolaborasi efektif antara komunitas warga dengan pemerintah dan organisasi non pemerintah,” ujar Lely lagi.

“Pengetahuan tentang virus dan pandemic, dampak kesehatan yang ditimbulkan dan langkah-langkah yang efektif untuk pengendaliannya penting dimiliki. Ini pengetahuan di hulu. Di hilirnya, masyarakat dipersiapkan untuk membangun imunitas internalnya masing-masing, sekaligus mempersiapkan aksi pencegahan kelangkaan pangan dengan menanam apa yang akan dimakan, dan seterusnya. Sekali lagi, berbasis pengetahuan, lalu mendorong tumbuhnya kesadaran.” Demikian Lely menutup penjelasannya, dalam pertemuan sosialisasi bersama komunitas perempuan, tokoh agama dan tokoh pemuda di Desa Denai Lama, Deli Serdang (16/8/2020) lalu.***

Komentar Via Facebook

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here