Beranda Dinamika Gerakan

Program Livelihood

1466
BERBAGI

Isu penguatan livelihood adalah isu yang baru bagi HAPSARI. Karena sejak berdiri tahun 1990 sampai kurun waktu 20 tahun (2000) HAPSARI fokus pada isu-isu sosial, budaya dan politik untuk membangun gerakan perempuan basis melalui pembangunan organisasi sebagai media pengorganisasian dan penguatan kapasitas perempuan, dalam melakukan perlawanan terhadap budaya patriarkhi. Barulah pada tahun 2011 bekerjasama dengan ACE/PPKM HAPSARI mulai membangun strategi advokasi penguatan kapasitas perempuan marjinal, untuk keberlanjutan penghidupan.

Bulan Oktober 2011 HAPSARI memulai sebuah program berjudul Penguatan Livelihood dan Peningkatan Kapasitas Kader Perempuan Desa Melalui Pendidikan Kritis dan Pengembangan Keterampilan yang disepakati dalam Perjanjian Kerjasama Program PNPM Peduli No.21/ACE-HAPSARI/PSF/X/2011.

Secara tekhnis program ini dikelola oleh HAPSARI untuk memfasilitasi Serikat Perempuan Independen (SPI) Kulonprogo (salah satu serikat perempuan anggota HAPSARI) untuk bekerja lebih maksimal meningkatkan kapasitas melakukan advokasi dan merancang strategi penguatan keberlanjutan penghidupan bagi perempuan kalangan perempuan marginal yang menjadi basis keanggotaan mereka. Ini adalah salah satu dari empat bentuk pelayanan HAPSARI kepada serikat-serikat perempuan anggotanya.

para kader penerima manfaat programBerangkat dari pengalaman HAPSARI selama lebih dari 20-tahun melakukan pengorganisasian dan penguatan kapasitas perempuan basis, melalui program ini HAPSARI memperluas tekhnik-tekhnik inovatif melakukan pengorganisasian dan advokasi dalam rangka ikut serta mempromosikan kerja-kerja penanggulangan kemiskinan secara lebih efektif dan efisien. Wilayah dan sasaran pengorganisasian difokuskan pada kelompok-kelompok marginal yang selama ini suaranya kurang atau belum didengar dan jarang turut serta dalam proses pembangunan, sebagaimana misi ACE/PPKM bersama PNPM Peduli untuk menjangkau  kelompok masyarakat yang sulit terlihat oleh program-program penanggulangan kemiskinan yang telah ada, baik program pemerintah yang langsung termasuk program PNPM Mandiri baik yang inti maupun program pendukung.

Melalui program HAPSARI memfasilitasi salah satu serikat perempuan anggota HAPSARI (SPI Kulonprogo) untuk menumbuhkan kader-kader baru dari kalangan perempuan basis dengan tipe kelompok marginal ‘perempuan miskin desa’. Ini adalah kelompok (perempuan) marginal yang selama ini belum memiliki akses pada sumber-sumber pengetahuan (peningkatan kapasitas diri, pengembangan keterampilan),

Aktifitas Program

Dalam mengimplementasikan program ini, HAPSARI membaginya dalam tiga kategori kegiatan, yaitu :

(a)    Kategori Substansi, meliputi aktifitas :

  1. Workshop Strategi Perencanaan dan Implementasi Program
  2. Monitoring dan Evaluasi Akhir Program
  3. Pelaporan

(b)   Kategori Pendidikan Kritis, meliputi aktifitas :

  1. Pendidikan Adil Jender untuk Kader Baru Perempuan Basis Anggota HAPSARI
  2. Pelatihan Dasar Fasilitator untuk Pertemuan Komunitas
  3. Diskusi Kelompok : Kesehatan Reproduksi Perempuan.eksposing capaian hasil program

(c)    Kategori Pengembangan Keterampilan, meliputi aktifitas :

  1. Pendidikan Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Aktivitas Ekonomi:
  • Diskusi tematik : Potensi Sumberdaya Lingkungan dan Pasar
  • Diskusi tematik : Manajemen Usaha
  • Study Banding Pendayagunaan Lahan
  1. Dialog Konsultasi dan Dialog Multi Pihak Program Peningkatan Ekonomi Rakyat
  2. Demplot Pemanfaatan Lahan Bersama
  3. Ujicoba Pemasaran Bersama : Pasar Rakyat
  4. Kursus Peningkatan Kapasitas Keterampilan Kader :
    • Komputer dan Internet
    • Mendokumentasikan Kegiatan (Video Komunitas)

Keluaran Hasil (Output) :

Ada enam keluaran hasil (output) program yang ditargetkan dan telah terpenuhi pencapaiannya, yaitu ;

  1. 100 orang anggota dan kader baru perempuan basis dari  Serikat Perempuan anggota HAPSARI yang telah mempunyai pengetahuan dasar jender, pemahaman kritis tentang relasi social yang adil jender, dan mampu menghilangkan hambatan-hambatan ketidak setaraan jender dalam dirinya.
  2. 30 orang kader baru perempuan basis yang mempunyai pengetahuan dasar memfasilitasi pertemuan-pertemuan di komunitasnya.
  3. Terjadinya penguatan jejaring maupun penguatan pendampingan antar komunitas perempuan basis untuk mengembangkan akses sumber-sumber informasi dan implementasi program pemerintah local yang berkaitan dengan upaya penguatan livelihood dan penguatan kapasitas perempuan.
  4. Satu pilot project pengembangan basis produksi (jaringan modal dan pasar) antar komunitas berhasil dikembangkan di kabupaten Kulonprogo (DIY) dan menjadi bahan pembelajaran (best-practice) bagi serikat perempuan lainnya.
  5. Bahan Bacaan/Panduan Praktis yang dapat digunakan kader-kader baru untuk memfasilitasi pertemuan dan diskusi dengan komunitasnya.
  6. Dokumentasi hasil pembelajaran (best practice) dalam bentuk audio visual yang dapat disebarluaskan di kalangan serikat perempuan anggota HAPSARI maupun organisasi mitra.

Buah dari Kerja Kolaborasi

Seluruh capaian yang cukup membanggakan ini, tidak akan dihasilkan tanpa adanya satu strategi kerja yang disebut sebagai “sinergi” atau “kolaborasi” antar berbagai pihak yang masing-masing memiliki sumberdaya. Antara lain ;

  • Kalangan organisasi masyarakat sipil lainnya yang mempunyai agenda program serupa, serta sumberdaya untuk saling memperkuat pengorganisasian dan gerakan perubahan.
  • Kalangan pemerintah daerah (mulai dari tingkat dusun, desa, kecamatan dan kabupaten) yang memiliki komitmen, legitimasi dan kebijakan untuk mempercepat capaian hasil-hasil program.
  • Kalangan perguruan tinggi yang mempunyai sumberdaya informasi, pengetahuan dan tekhnologi yang dimungkinkan mendukung percepatan pencapaian hasil-hasil program.
  • Media massa (jurnalis) yang mempunyai kepedulian untuk menyuarakan upaya-upaya yang dilakukan, sehingga memotivasi dan menjadi inspirasi bagi komunitas marginal lainnya.***

Komentar Via Facebook

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here