Berbagi Pandangan Tentang Gerakan Perempuan[1]
Dari beberapa bacaan tentang sejarah gerakan perempuan Indonesia, ditemukan catatan bahwa gerakan[3] perempuan Indonesia sesungguhnya dimulai pada periode yang disebut ”periode perintis” (1880-1910) yaitu sebelum Indonesia merdeka dimana seluruh rakyat (laki-laki dan perempuan) sedang merintis kesadaran kebangsaannya (kesadaran nasional). Dari periode perintis menuju pada tonggak ”Kebangkitan Nasional” tahun 1911 – 1928, yang ditandai dengan lahirnya organisasi bernama Budi Otomo pada tanggal 20 Mei 1908. Ini adalahorganisasi gerakan pertama yang dibentuk secara modern, dimana organisasi mempunyai pengurus tetap, anggota, tujuan, rencana pekerjaan dan seterusnya berdasarkan peraturan-peraturan yang dimuat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi. Pengurus Budi Utomo terdiri dari para priyayi dan dalam waktu singkat organisasi tersebut mengalami kemajuan pesat. Pada akhir tahun 1909 Budi Utomo telah mempunyai 40 cabang dengan lebih kurang 10.000 anggota.
Sejarah kemudian mencatat lahirnya organisasi (formal) perempuan yang pertama yaitu Putri Mardika yang didirikan di Jakarta tahun 1912. Organisasi ini memperjuangkan pendidikan untuk perempuan, mendorong agar perempuan tampil di depan umum, membuang rasa “takut” dan “mengangkat” perempuan pada kedudukan yang sama seperti laki-laki.[4] Begitulah seterusnya, sejarah mencatat periodesasi gerakan perempuan dari waktu ke waktu serta isu-isu yang diperjuangkannya.
Dari catatan sejarah ini, ternyata kita akan menemukan fakta bahwa kaum perempuan Indonesia sesungguhnya telah bergerak sejak zaman penjajahan (kolonialisme), kebangkitan nasional, orde Soekarno, orde Soeharto, orde reformasi, dan hingga saat ini terus bergerak. Apa sebetulnya yang hendak diperjuangkan ? kenapa perjuangan tak kunjung usai ? Ini juga pertanyaan menarik yang penting untuk kita dijawab[5].
ýDefenisi Gerakan Perempuan
Menurut Saskia Eleonora Wieringa defenisi yang komprehensif tentang “gerakan perempuan” sangat sukar, karena gerakan perempuan tidak pernah bicara dalam satu bahasa. Tetapi ia memberikan masukan bahwa ; Gerakan perempuan dapat dilihat sebagai spektrum menyeluruh dari perbuatan individu atau kolektif secara sadar atau tidak sadar, kegiatan, kelompok atau organisasi yang berperhatian terhadap berkurangnya berbagai aspek subordinasi gender, yang dipandang sebagai berjalinan dengan penindasan lainnya, seperti misalnya yang didasarkan atas preferensi kelas, ras, etnis, umur dan seks.[6]
Berdasarkan pengertian tersebut, HAPSARI memberi makna dengan pemahaman dan penghayatan tersendiri berdasarkan pengalaman organisasi selama ini. HAPSARI sepakat merumuskan pengertian tentang gerakan perempuan sebagai ; “tindakan bersama secara sadar dan terorganisir dari kaum perempuan (sebagai pemilik kepentingan) untuk bebas dari berbagai bentuk penindasan dan ketidak adilan yang berakar dari adanya perendahan martabat[1] kemanusiaan kaum perempuan,”
Jadi, gerakan perempuan mensyaratkan adanya kesadaran dan keyakinan melakukan tindakan bersama (kaum perempuan sebagai pemilik kepentingan) untuk bebas dari berbagai bentuk penindasan dan ketidak adilan yang berakar pada perendahan martabat dan kemanusiaan kaum perempuan. Aktifitas gerakan lebih luas dari sekedar aktifitas organisasi. Sebuah gerakan akan terus mengalir, menuju pada muara/arah cita-cita yang diyakini dan terwujud dalam bentuk pemikiran, sikap serta tindakan.
ýMenuju Arah Gerakan Bersama
Secara sederhana, melalui berbagai diskusi, evaluasi dan upaya untuk terus konsisten menjalankan misi membangun gerakan, HAPSARI membuat panduan sederhana untuk membimbing kemana arah gerakan yang hendak dituju dan bagaimana agar setiap orang dapat mengembangkan potensinya membangun gerakan.
Berikut alur pemikiran tentang membangun Gerakan Perempuan :
Konsep dan Paradigma yang dibangun |
“Tindakan bersama secara sadar dan terorganisir dari kaum perempuan (sebagai pemilik kepentingan) untuk bebas dari berbagai bentuk penindasan dan ketidak adilan yang berakar dari adanya perendahan martabat kemanusiaan kaum perempuan,” Karena : ·Berbagai bentuk penindasan dan ketidak adilan terhadap perempuan berakar padaadanya cara berfikir dan bertindak yang merendahkan martabat dan kemanusiaan kaum perempuan. ·Oleh karena itu, harus ada perubahan cara berfikir dan bertindak bersama (perempuan dan laki-laki) secara sadar dan terorganisir untuk menegakkan kembali martabat dan kemanusiaan tersebut.
|
Identitas/Ciri Umum Perempuan yang akan diajak untuk “bergerak” |
Kaum perempuan (terutama) yang mengalami berbagai bentuk ketidak adilan yang berakar pada cara berfikir dan bertindak yang merendahkan martabat kemanusiaan perempuan.
|
Isi ajaran yang disampaikan untuk “membangun gerakan”
|
·Bahwa martabat kemanusiaan kaum perempuan sama tingginya dan sama terhormatnya dengan martabat kemanusiaan laki-laki. Karena ini bukan sekedar tuntutan kesetaraan peran gender laki-laki dan perempuan. ·Tetapi dalam masyarakat kita yang patriarkhis, kita (laki-laki dan perempuan) telah dididik dengan keyakinan dan cara berfikir yang selalu diikuti tindakan untuk merendahkan martabat dan kemanusiaan kaum perempuan sebagai sebuah kewajaran. ·Bahwa perjuangan untuk mengakhiri berbagai bentuk perendahan martabat kemanusiaan kaum perempuanharus dilakukan terorganisir dan terus-menerus, terutama oleh kaum perempuan sendiri dan harus mendapatkan dukungan (menjadi bagian dari perjuangan bersama) dari kaum laki-laki. ·Bahwa tegaknya martabat dan kemanusiaan perempuan akan menjadikan kita sebagai bangsa yang bermartabat pula.
|
Arah yang hendak dituju |
Kondisi kehidupan kaum perempuan (dan laki-laki) sekarang dan yang akan datang, agar menjadi lebih baik, yaitu : ♀Lebih berkemanusiaan ♀Lebih berkeadilan ♀Lebih bermartabat/berharga diri ♀Lebih berdaya atas dirinya sendiri ♀Lebih dapat menyumbang pada upaya-upaya melakukan perubahan dalam masyarakat, untuk ikut mewujudkan kesejahteraan, kebahagiaan dan kedaulatan rakyat sejati (laki-laki dan perempuan)
Berarti arah perjuangan dari gerakan perempuan adalah ; tatanan kehidupan sosial dan politik yang lebih berkemanusiaan dan bermartabat.
|
Media yang ditetapkan untuk membangun gerakan |
JOrganisasi adalah sekumpulan individu yang mengorganisir diri bersama untuk mencapai tujuan atau cita-cita bersama pula. Organisasi memungkinkan sekelompok individu (masyarakat) dapat mencapai hasil yang sebelumnya tidak bisa dicapai jika dilakukan oleh individu secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, organisasi merupakan satu unit yang terkoordinasi yang diperlukan sebagai wadah dan alat untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dari sebuah gerakan yang akan dilakukan. JOrganisasi menjadi cukup strategis, karena dalam sebuah organisasi terdapat sistim yang mengatur bagaimana strategi dibangun, kepemimpinan bekerja dan mekanisme diatur. Jadi, gerakan betul-betul terarah dan terpimpin. JDan, semua elemen-elemen penting dalam organisasi tersebut, (tidak perduli apakah organisasinya besar atau kecil) semua elemen itu harus dikelola. Pengelolaan terhadap elemen-elemen organisasi itu disebut manajemen organisasi dan ketika menetapkan organisasi sebagai media gerakan, kitapun harus menatanya sebagai organisasi gerakan. Individu yang bertugas mengelolanya disebut Manajer Organisasi dan peran ini melekat dalam diri para pengurus organisasi.
|
ýOrganisasi Sebagai Media Gerakan
–Kepemimpinan Gerakan
Organisasi sebagai media gerakan memerlukan adanya kepemimpinan yang kuat, yaitu seorang yang berani memulai dari diri sendiri dan konsisten, kemampuan mengembangkan strategi, komunikasi, membangun tim, serta membagi pengetahuan. Peran kepemimpinan dalam organisasi merupakan karakteristik yang penting. Pemimpin mempunyai pengaruh atas anggota kelompoknya. Dalam organisasi diperlukan pemimpin yang mempunyai visi, tujuan yang jelas, kemauan bekerja keras dan kemampuan berkomunikasi yang baik. Seorang pemimpin yang baik memfokuskan upaya mengajak berkomunikasi yang lebih mendorong tumbuhnya komitmen baru meningkatkan kerjasama untuk keberhasilan gerakan (kerja organisasi), dari pada menggunakan wewenang memberikan hukuman terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan (mekanisme) organisasi.
–Strategi
Karena stragegi adalah cara-cara atau pola pendekatan yang dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan strategisnya, maka seorang pemimpin harus mampu mengembangkan berbagai pola pendekatan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya agar rencana-rencana kegiatan organisasi dapat dijalankan dengan baik. Karena setiap individu dalam organisasi mempunyai beragam latar belakang, pengalaman dan motivasinya masing-masing, maka setiap strategi pendekatan harus mempertimbangkan keberadaan setiap individu yang ada. Harus ada ruang dan toleransi yang tinggi terhadap keragu-raguan, ketakutan atau rasa kurang percaya diri anggota yang mengakibatkan lambatnya proses-proses berorganisasi bergerak.
–Komunikasi
Kelangsungan hidup organisasi juga bergantung pada kemampuan manajemen menerima, meneruskan dan bertindak atas informasi yang ada. Proses komunikasi menghubungkan organisasi dengan lingkungan, demikian juga sebagai sebaliknya.Informasi itu mengalir ke organisasi, dari organisasi dan di dalam organisasi. Informasi akan memadukan semua aktivitas di dalam organisasi. Jadi, kemampuan membangun komunikasi dalam arti berdialog saja tidak cukup, melainkan juga harus ada kemampuan membangun pola (model) komunikasi. Harus dipastikan bahwa setiap informasi yang mengalir itu, apakah ke organisasi, dari organisasi atau dalam organisasitidak menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah organisasi, melainkan menjadi sumber inspirasi untuk mengambil keputusan yang memperbaiki kondisi organisasi, maka setiap informasi harus dikomunikasikan dengan jelas.
–Membangun Tim
Pemimpin tidak boleh mengabaikan adanya perbedaan setiap individu dalam organisasi. Baik itu perbedaan suku, agama, latar belakang pengetahuan, pendidikan, pengalaman pribadi dan sebagainya. Keberagaman ini justru akan menjadi kekayaan dan kekuatan organisasi, jika pendekatan kerja yang dilakukan adalah dengan pola kerja Tim.
Pembentukan tim kerja ini akan mendorong semangat kebersamaan dan saling memperkuat terhadap keterbatasan yang dimiliki oleh setiap individu, sebaliknya juga akan mempersempit tumbuhnya dominasi dari individu yang kapasitasnya mungkin lebih besar. Dengan membangun tim kerja, kita akan menghapuskan pelabelan (stereotype) yang sering dibangun oleh individu-individu dalam organisasi, misalnya ; label bahwa dirinya tidak bisa, tidak tepat atau paling bisa dan paling tepat. Konsekuensi kerja dalam tim akan membuat setiap keberhasilan adalah keberhasilan bersama dan setiap kegagalan adalah kegagalan bersama. Jadi, tidak ada yang paling hebat atau paling berkorban dalam membangun gerakan perubahan yang dilakukan.
–Membagi Pengetahuan
Mempelajari suatu pengetahuan, tekhnik, dan keterampilan bisa dilakukan oleh semua orang, hanya masalah kesempatan saja. Dalam organisasi, biasanya yang pertama mendapatkan kesempatan adalah para pimpinannya, karena pimpinan adalah wakil organisasi. Seterusnya, pengetahuan yang dimiliki juga bisa diajarkan atau dialihkan kepada orang lain. Jika pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin organisasi tidak pernah dialihkan kepada individu lainnya, maka dapat dipastikan bahwa pemimpin akan kelelahan karena hanya dia sendiri yang mengetahui dan bisa mengerjakan sesuatu.
Masalahnya, mengembangkan alih pengetahuan dan keterampilan ini tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Karena setiap pengetahuan dan keterampilan perlu dipelajari dan dipahami. Tapi, meskipun sulit ini harus dilakukan, supaya organisasi semakin kaya dengan adanya banyak potensi dari setiap individu yang ada di dalamnya. Ini bagian dari kerja-kerja kaderisasi dalam organisasi.
–Membangun Budaya Organisasi Gerakan ; Nilai-nilai Sebagai Ikatan Gerakan
Budaya organisasi adalah cerminan dari pola perilaku individu yang berkembang di organisasi. Pola perilaku individu sendiri akan mencerminkan nilai-nilai apa yang dijadikan prinsip dalam menjalankan semua kegiatan organisasi, menuju cita-cita yang ingin dicapai. Ada empat nilai utama yang dianut HAPSARI yaitu : Kepedulian, Keadilan (untuk semua), Kesetaraan dan Persaudaraan.
♀Kepedulian, terkandung di dalamnya perhatian (empati/simpati), kerelaan-berkorban dan berpihak kepada perempuan,
♀Keadilan, terkandung di dalamnya kasih sayang dan tidak diskriminatif,
♀Kesetaraan, terkandung di dalamnya penghargaan terhadap diri perempuan dengan berbagai pengalaman, potensi, maupun kelemahan yang ada,
♀Persaudaraan, terkandung di dalamnya kasih sayang dan menghargai berbagai perbedaan.
Ke-empat nilai ini saling mempengaruhi dan memperkuat, tetapi “kepedulian” adalah titik penting bagi organisasi yang anggota dan pengurusnya adalah perempuan desa biasa, bukan dari kalangan aktivis ornop atau aktivis mahasiswa. Kepedulian menjadi yang utama sekaligus juga merupakan penegasan dan landasan bagi “etika kepedulian” (ethics of care) yang menjadi ciri khas dari etika yang diperjuangkan oleh gerakan perempuan. Etika kepedulian ini haruslah dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai setiap program aksi, kebijakan, tindakan dan prilaku organisasi serta keseluruhan personil yang terlibat di dalam kegiatan, serta struktur organisasinya dan semua tata-laksana kerjanya.
Tidak seperti kebutuhan dan keinginan yang bisa saja berubah seiring dengan perubahan waktu dan kenyataan sosial disekelilingnya, nilai-nilai yang telah ditetapkan ini lebih langgeng sepanjang waktu. Nilai-nilai itu amatlah penting bagi HAPSARI karena harus menjadi dasar perpijak organisasi dan individu, juga memberikan warna yang sangat jelas bagi HAPSARI di dalam kiprahnya untuk melakukan peran sebagai wadah penggerak terjadinya perubahan sosial dilingkungan organisasi yang mengitarinya.
Berdasarkan nilai-nilai tersebut, maka perilaku setiap individu dalam organisasi harus mencerminkan individu yang, antara lain ;
–punya kepedulian terhadap berbagai persoalan masyarakat terutama persoalan perempuan,
–tidak diskriminatif terhadap individu atau kelompok yang bukan satu organisasi,
–tidak sombong dan menganggap orang lain lebih rendah derajatnya, meskipun secara struktur memang berbeda tingkatan,
–selalu mempunyai rasa kasih sayang terhadap sesama perempuan (sesama rakyat) meskipun berbeda organisasi (kelompok), suku atau agama.
Lubuk Pakam, Juni 2007
Dikutip dari Pedoman Pengembangan Organisasi
Publikasi Internal HAPSARI (belum diterbitkan)
[1] Bahan Diskusi :Refleksi dan Revitalisasi Gerakan Perempuan dan Feminisme Muda Indonesia dan Timor Leste JASS Indonesia, tanggal 19 Juni 2007 di Bogor
[2] Ketua Komisi Politik HAPSARI dan Ketua Dewan Pengarah PERGERAKAN (Perhimpunan Penggerak Advokasi Kerakyatan) berkantor di bandung.
[3] Sepertinya penting juga mencatat bahwa kata gerakan (sebelum diikuti dengan kata perempuan), berasal dari kata ”gerak” ; peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali saja maupun berkali-kali, lalu mendapat akhiran kan menjadi ; gerakan ; perbuatan atau keadaan bergerak. Kata lain yang lebih menunjukkan adanya aktifitas (kerja terus-menerus) adalah ”pergerakan” ; usaha atau kegiatan. (Kamus Umum Bahasa Indonesia WJS.Poerwadarminta ; Balai Pustaka 2002)
[4] Petrus Blumberger 1978:160, orig.1931 dalam Saskia Eleonora Wieringa ; Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia 1999 : 105)