FederasiHapsari: Dalam beberapa peristiwa, media sosial terbukti ampuh sebagai gerakan sosial. Kita masih ingat dengan kasus Prita Muliasari yang memobilisasi dukungan via Facebook dan terbukti dapat mengubah putusan pengadilan. Demikian juga kisah sukses petisi online yang digalang melalui website www.change.org yang memantik gerakan perubahan. Contoh keberhasilan petisi online antara lain: calon hakim agung Daming gagal terpilih sebagai hakim di MA karena melecehkan korban pemerkosaan, MA pula akhirnya didesak mengeluarkan fatwa yang membolehkan Bupati Garut Aceng Fikri dicopot dan banyak contoh keberhasilan lainnya.
Sebagai bagian dari upaya penguatan kapasitas personel, sekaligus penguatan kapasitas advokasi untuk penguatan hak-hak ekonomi perempuan, HAPSARI telah melaksanakan serangkaian kegiatan, diantaranya Training Manajemen Pengetahuan.
Kegiatan tersebut berhasil menumbuhkan pengetahuan dan kesadaran baru dalam diri Kader dan Pengurus HAPSARI tentang pentingnya sistem informasi dalam organisasi yang menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan. HAPSARI kini memahami bahwa sistem informasi diperlukan dalam mengelola pengetahuan, dan bahwa sistim informasi adalah “Proses Sistematis untuk membuat, merawat dan mengembangkan organisasi agar dapat menggunakan pengetahuan sebaik-baiknya untuk menciptakan nilai tambah bagi organisasi dan individu pendukungnya”.
Pengetahuan akan menjadi berarti apabila dibagikan. Dan sebelum dibagikan, harus dilakukan dulu proses pengolahannya, mulai dari data, menjadi informasi dan ke luar dalam bentuk produk pengetahuan. Di sinilah ada kebutuhan membuat sistim informasi, agar pengetahuan yang ada dapat berguna sebagaimana fungsi pengetahuan.
Dan yang paling penting, saat ini HAPSARI mempunyai satu tim yang akan bertanggungjawab sebagai Pengelola Sistim Informasi dan Data di HAPSARI, untuk melayani kebutuhan internal (seluruh anggota) dan eksternal (mitra/jaringan). Mereka telah mengidentifikasi bahwa HAPSARI memiliki 12 jenis produk pengetahuan mulai dari jenis cetakan, audio, visual dan audio visual yang tersimpan di sekretariat, namun belum dikelola dengan baik. Padahal, produk-produk tersebut terbukti dapat menjadi sumber pengetahuan, menambah kepercayaan diri (self esteem) bagi para kader dan organisasi, sekaligus alat advokasi untuk meningkatkan posisi tawar organisasi.
Oleh karena itu, HAPSARI melakukan mentoring lanjutan dalam rangka menjalankan manajemen pengetahuan, khususnya untuk mengelola website dan facebook sebagai “corong” (media) advokasi dalam mempromosikan isu-isu advokasi yang dilakukan HAPSARI. Kegiatan ini diberi judul : Mentoring Pengelolaan Social Media untuk Memperkuat Advokasi.
Ada 10 orang partisipan yang terlibat dalam kegiatan ini yang terdiri dari; 7 orang peserta, 1 orang mentor, 1 orang pelaksana program dan 1 orang penanggungjawab program. Sedangkan mentor yang mendampingi peserta adalah, Kartini Zalukhu, Editor In Chief DiGi Magazine, Majalah lifestyle untuk remaja Indonesia yang merupakan majalah digital pertama di Medan.
Kegiatan ini untuk menghasilkan 7 orang kader perempuan yang memiliki keterampilan dan mampu mengelola Media Sosial khususnya Facebook dan Website HAPSARI, untuk memperkuat advokasi yang dilakukan HAPSARI dan serikat anggotanya. Juga adanya satu judul tulisan/tema advokasi yang di-update secara rutin melalui social media oleh para kader perempuan HAPSARI yang sudah dilatih.
Dan lebih penting dari itu, HAPSARI dapat mengembangkan metode untuk mencegah hilangnya kekayaan intelektual organisasi, dengan mengkampanyekan isu-isu advokasi dan gerakan perempuan yang dilakukan HAPSARI melalui media sosial. Semoga berhasil, segera.***